Langsung ke konten utama

Global Warming

Foto: http://elumudunya.blogspot.com
Pemanasan global (Global warming) diakibatkan efek rumah kaca. Menurut Dahlan (1992), penyebab langsung pemanasan global yaitu meningkatnya jumlah dan ragam kegiatan penghasil kalor seperti mobil, motor, kapal laut, pesawat udara, industri, air conditioner (AC), heater (pemanas ruangan), dan populasi manusia yang terus bertambah. Penyebab tidak langsung yang mengakibatkan pemanasan global yaitu meningkatnya gas rumah kaca. Gas rumah kaca terdiri atas CO2 (40%), CFC (25%), CH4 (20%), O3 (10%), dan N2O (5%).

Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dan sebagainya. Dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat yaitu gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai; gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara; gangguan terhadap permukiman penduduk; pengurangan produktivitas lahan pertanian; peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dan sebagainya. 

Efek rumah kaca (green house effect) merupakan suatu fenomena yang timbul akibat aktifitas berbagai gas yang terdapat dalam atmosfer. Gas-gas yang ada di atmosfer berfungsi sebagai media untuk meneruskan radiasi dan irradiasi sinar matahari ke luar atmosfer. Gas rumah kaca terdiri dari CO2, CH4, CFCs, dan N2O. Peningkatan jumlah gas-gas rumah kaca diakibatkan oleh kegiatan manusia. Pengaruh tekanan terhadap radiasi atmosfer dari gas-gas rumah kaca dapat dilihat pada Gambar 1 (Murdiyarso et al. 1994).
Gambar 1  Pengaruh gas rumah kaca terhadap total radiasi atmosfer.
Tanpa adanya gas rumah kaca di atmosfer, maka suhu udara di bumi pada malam hari dapat jatuh hingga -1840C. Oleh karena itu, gas rumah kaca sangat penting bagi kelangsungan hidup. Konsentrasi dari gas rumah kaca, terutama CO2 meningkat sangat tajam pada era industri. Selama periode 1985-1998 terjadi kenaikan konsentrasi CO2 di atmosfer yaitu dari 285±5 ppmv menjadi 366 ppmv atau sekitar 28%. Hal ini membawa masalah pada pemanasan global dan dapat mempengaruhi ekosistem,kenaikan permukaan laut, perubahan sistem iklim global dan sebagainya (Boer 2000).
Perubahan iklim yang meliputi kenaikan suhu udara dan curah hujan akan terjadi akibat menguatnya efek rumah kaca karena makin bertambahnya CO2 di atmosfer. Dengan kecenderungan penggunaan energi tersebut maka diduga pada tahun 2005 kadar CO2 udara akan mencapai 315 ppm atau dua kali lipat dari tahun 1992 (Rozari et al. 1992).
Perubahan penggunaan lahan adalah salah satu penyebab perubahan iklim global yang sangat penting. Pengurangan jumlah tanaman berpengaruh terhadap bumi dalam penyerapan dan pemantulan radiasi matahari dan kemampuan ekosistem lingkungan dalam mereaksikan karbon di atmosfer. Perubahan iklim secara global pada akhirnya berpengaruh terhadap ekosistem di permukaan bumi. Pengaruh tersebut yaitu perubahan suhu dan ketersediaan air, peningkatan jumlah karbon yang disebabkan oleh kenaikan konsentrasi CO2, produksi karbon dalam tanah atau respirasi (Murdiyarso et al. 1994).
Tekanan radiasi yang besar disebabkan oleh aktivitas manusia dan alam. Peningkatan CO2 dimulai sejak era industrialisasi, dimana CO2 meningkat dari 280 ppmv sampai 356 ppmv. Peningkatan CO2 merupakan salah satu sebab penambahan gas rumah kaca dengan kekuatan radiasi yang disumbangkan sebesar 1.56 Wm-2. Pada dekade 1980-1989 peningkatan CO2 di atmosfer sekitar 1.5 ppmv atau 3.2 milyar ton karbon per tahun sebagai hasil dari aktivitas manusia atau sebanding dengan 50% dari seluruh emisi yang disumbangkan manusia dalam periode yang sama (Yulianti 2004)

Upaya-upaya yang telah Dilakukan dalam Mengatasi Gas Rumah Kaca

Upaya-upaya yang telah diprogramkan baik oleh pemerintah, perusahaan, dan masyarakat, baik dalam maupun luar negeri, dalam mengatasi gas rumah kaca penyebab pemanasan global antara lain:
1.      Reboisasi yaitu usaha untuk mereduksi CO2 dengan cara penanaman kembali areal hutan yang telah mengalami penebangan
2.      Penghijauan yaitu penanaman pohon-pohon di luar kawasan hutan
3.      Pembuatan hutan kota dengan menggunakan jenis yang boros menyerap CO2 sehingga luasannya minimal
4.      Pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan
5.      Perdagangan karbon, seperti pada Protokol Kyoto
Melalui Protokol Kyoto, negara-negara maju dimungkinkan untuk memenuhi target pengurangan emisi gas rumah kaca melalui tiga mekanisme fleksibel yang ditetapkan yaitu:
·         Joint Implementation (JI) yaitu upaya penuruanan emisi gas rumah kaca dapat dilakukan melalui kerja sama antar negara maju dengan negara maju lainnya termasuk Negara-negara yang berada dalam transisi ekonomi
·         Clean Development Mechanism (CDM) yaitu mekanisme penurunan emisi gas rumah kaca dapat dilakukan melalui kerja sama negara maju dengan negara berkembang
·         Emission Trading (ET) yaitu mekanisme penurunan emisi gas umah kaca yang dilakukan melalui kerjasama diantara sesama negara maju dengan menjual penurunan emisinya, hal ini berlaku untuk negara-negara dalam transisi ekonomi
6.      Pembuatan refrigerant non CFC
7.      Pembuatan kendaraan irit bahan bakar
8.      Kendaraan bertenaga listrik atau surya
Beberapa strategi untuk pencegahan pemanasan global yang dapat dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Strategi pengurangan efek dari emisi CO2 di atmosfer atau strategi untuk membantu pencegahan perubahan iklim

Komentar

  1. Perubahan iklim yang meliputi kenaikan suhu udara dan curah hujan akan terjadi akibat menguatnya efek rumah kaca karena makin bertambahnya CO2 di atmosfer. Dengan kecenderungan penggunaan energi tersebut maka diduga pada tahun 2005 kadar CO2 udara akan mencapai 315 ppm atau dua kali lipat dari tahun 1992 (Rozari et al. 1992).
    Perubahan penggunaan lahan adalah salah satu penyebab perubahan iklim global yang sangat penting. Pengurangan jumlah tanaman berpengaruh terhadap bumi dalam penyerapan dan pemantulan radiasi matahari dan kemampuan ekosistem lingkungan dalam mereaksikan karbon di atmosfer. Perubahan iklim secara global pada akhirnya berpengaruh terhadap ekosistem di permukaan bumi. Pengaruh tersebut yaitu perubahan suhu dan ketersediaan air, peningkatan jumlah karbon yang disebabkan oleh kenaikan konsentrasi CO2, produksi karbon dalam tanah atau respirasi (Murdiyarso et al. 1994). Jasa Penulis Artikel SEO Cara Menjual Kardus Bekas Ke Pabrik

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Macam-macam Bentuk Daun

Contoh bentuk-bentuk daun Masing-masing dedaunan yang tumbuh di berbagai tumbuhan di dunia ini memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut ditunjukkan dari berbagai hal, yaitu bentuk daun keseluruhan, bentuk ujung dan pangkal daun, permukaan daun, dan tata daunnya (Tabel 1). Tabel 1  Berbagai istilah dalam menjelaskan bentuk-bentuk daun  No Istilah Penjelasan Istilah Bentuk Daun 1 Deltate Bentuk delta, menyerupai bentuk segitiga sama sisi 2 Elliptical Ellips, bagian terlebar di bagian tengah daun 3 Elliptical Oblong Berbentuk antara ellips sampai memanjang 4 Lanceolate Bentuk lanset, panjang 3-5 x lebar, bagian terlebar sekitar 1/3 dari pangkal dan menyempit di bagian ujung daun 5 Oblong Memanjang, panjang daun sekitar 2 ½ x lebar 6 Oblong lanceolate Berbentuk antara memanjang sampai lanset 7 Oblong obov

Ekosistem Mangrove: Faktor-faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Mangrove

Hutan mangrove Pulau Sebuku Kalimantan Selatan dilihat dari sisi sungai (Dokumentasi Penelitian Ghufrona 2015) Ekosistem mangrove dapat berkembang baik di daerah pantai berlumpur dengan air yang tenang dan terlindung dari pengaruh ombak yang besar serta eksistensinya bergantung pada adanya aliran air tawar dan air laut. Samingan (1971) menyatakan bahwa kebanyakan mangrove merupakan vegetasi yang agak seragam, selalu hijau dan berkembang dengan baik di daerah berlumpur yang berada dalam jangkaan peristiwa pasang surut.  Komposisi mangrove mempunyai batas yang khas dan batas tersebut berhubungan atau disebabkan oleh efek selektif dari: (a) tanah, (b) salinitas, (c) jumlah hari atau lamanya penggenangan, (d) dalamnya penggenangan, serta (e) kerasnya arus pasang surut. Pertumbuhan vegetasi mangrove dipengaruhi oleh faktor lingkungan (fisik, kimia, dan biologis) yang sangat kompleks, antara lain: 1.       Salinitas Salinitas air tanah mempunyai peranan penting sebagai f

Sistem Silvikultur: Tebang Habis dengan Permudaan Buatan (THPB)

THPB adalah suatu sistem silvikultur yang meliputi cara penebangan dan cara pembuatannya kembali yaitu dengan cara menebang habis semua pohon yang terdapa t da l a m tegakan hutan sedangkan permudaannya dilakukan dengan mengadakan penanaman kembali areal  bekas tebangan habis tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh tegakan hutan baru yang seumur da n bernilai tingg i (memperoleh hasil maksimal) , sesuai dengan tujuan perusahaan (umumnya untuk keperluan industri) Dalam s i stem silvikultur THPB, semua pohon berharga baik karena jenis maupun karena ukurannya, ditebang untuk dimanfaatkan.  Jatah tebangan disesuaikan dengan keadaan hutan, target produksi dan kemampuan reboisasi    Secara ideal sistem ini meliputi penebangan dan permudaan setiap tahun dengan luas blok-blok yang sama (coupes) dan tergantung pada daur (rotasi) dari species pohon yang itu sendiri. Hasil akhir dari sistem ini akan terbentuk tegakan-tegakan dengan umur: 1,2,3,...........r (r = rotasi). Penebangan dengan se