Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2011

Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1432 H

Marhaban Ya Ramadhan GhinaGhufrona mengucapkan: Selamat menunaikan Ibadah Shaum Ramadhan 1432 H, Selamat berlomba-lomba mendapatkan bonus pahala di bulan suci Ramadhan ini.  Untuk mengetahui Jadwal Imsyak  dan Sholat pada Bulan Ramadhan  1432 H dapat Anda klik disini . Dapatkan Jadwal Imsyak dan Sholat pada Bulan Ramadhan 1432 H di berbagai kota di Indonesia disini . Semoga Bermanfaat.

Hutan Hujan Tropika

Hutan Hujan Tropika (Foto: http://www.wabash.edu) Hutan ialah suatu kelompok pohon-pohonan yang cukup luas dan cukup rapat, sehingga dapat menciptakan iklim mikro ( micro climate ) sendiri (Darjadi dan Hardjono 1976). Menurut Soerianegara dan Indrawan (2005) hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan di luar hutan.  Hutan hujan tropika menurut Daniel et al. (1979) adalah bentuk hutan yang paling tinggi perkembangannya dan paling kompleks diantara semua formasi hutan. Hutan ini ialah hutan daun lebar yang selalu hijau dengan proporsi yang besar dengan kerapatan yang tinggi dan relatif sempit penyebarannya dibandingkan dengan perkiraan umum.  Hutan hujan tropika merupakan suatu komunitas tumbuhan yang bersifat selalu hijau, selalu basah dengan tinggi tajuk sekurang-kurangnya 30 m serta mengandung spesies-spesies epifit berkayu dan herba yang bersifat efifit (Schimper 1903 dalam Mabberley 19

Amunisi-amunisi wajib dalam melakukan Survey Biofisik

1. Kompas Berbagai macam tipe dan bentuk kompas Kompas  adalah alat  navigasi  untuk menentukan arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan  medan magnet   bumi  secara akurat. Kompas memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu dalam bidang navigasi. Arah  mata angin  yang ditunjuknya adalah  utara ,  selatan ,  timur , dan  barat . 2. GPS ( Global positioning system )

Memasang gadget translate bahasa pada blog

Agar tulisan yang Anda tulis di blog dapat dipahami oleh pembaca dengan background bahasa yang berbeda (misalnya pembaca dari luar negeri), maka Anda dapat memasang gadget translate bahasa pada blog dengan mengikuti langkah-langkah berikut: silahkan buka halaman Tools and Resources di Google translate, ma ka akan muncul halaman seperti berikut ini: Halaman Tools and Resources pada Google translate

Cara Cepat dan Mudah Belajar Menggunakan GPS

GPS ( Global Positioning System ) sudah menjadi alat yang wajib dibawa bagi para surveyor dalam melakukan pengamatan vegetasi, satwaliar, fisik lingkungan, dan sebagainya. Dengan menggunakan GPS, kita dapat menentukan lokasi geografis dari suatu titik pengamatan maupun track perjalanan survey. Fungsi altimeter sebagai alat pengukur ketinggian suatu lokasi dan kompas untuk menentukan arah azimuth sudah dapat diwakili dengan menggunakan GPS.   "Cara menggunakan GPS itu susah / ribet gak sih?" Silahkan cek Cara Cepat dan Mudah Belajar Menggunakan GPS berikut ini >>

Koleksi jenis pohon di sekitar Kampus Fakultas Kehutanan IPB

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor ( Fahutan IPB ) berada di lokasi dengan kondisi fisik dan lingkungan sebagai berikut: Curah hujan rata-rata sekitar 3500 mm per tahun Jumlah hari hujan: 187 hari per tahun Suhu udara: 19-30 C Tipe iklim A (Schmidt and Ferguson) Jenis tanah latosol kemerahan dan bahan induk tuf volkan intermedier Topografi datar Ketinggian 245 mdpl Antara Arboretum KSHE dan Gedung Biologi Kehutanan Fahutan IPB Dengan kondisi fisik dan lingkungan tersebut, dapat tumbuh berbagai macam jenis pohon  di sekitar kampus Fahutan IPB baik yang tumbuh alami maupun sengaja ditanam sebagai koleksi untuk tujuan pembelajaran dalam praktikum pengenalan jenis pohon, budidaya pohon, dan sebagainya. Koleksi jenis pohon di sekitar kampus Fahutan IPB antara lain sebagai berikut:

The Kamojang Trees

Projection (Pine Forest in Kamojang)

Aplikasi Model Optimasi Linear Goals Programming dalam Menentukan Pola Penggunaan Lahan Optimal di DAS Citarum Hulu

RINGKASAN R. RODLYAN GHUFRONA. Aplikasi Model Optimasi Linear Goals Programming dalam Menentukan Pola Penggunaan Lahan Optimal di DAS Citarum Hulu. Dibimbing oleh OMO RUSDIANA. Peta hasil optimasi penggunaan lahan di DAS Citarum Hulu dengan menggunakan Model Optimasi Linear Goals Programming .

KELAPA SAWIT: Karakteristik dan Pemanfaatannya

  Karakteristik Kelapa Sawit Kelapa sawit (Gambar 1) memiliki akar serabut yang berfungsi sebagai penyerap unsur hara dan respirasi tanaman serta sebagai penyangga berdirinya tanaman. Kelapa sawit dewasa 8000-10000 akar primer 15-20 meter dari dasar batang dengan diameter 4-10 mm. Sebagian besar tumbuh medatar sekitar 20-60 cm di bawah permukaan tanah. Batang kelapa sawit tidak memiliki kambium tajuk dan tidak bercabang. Batang kelapa sawit berfungsi sebagai penyangga tajuk dan sebagai jalan pengangkutan air dan hara (zat makan). Pertumbuhan kelapa sawit tidak terbatas, tapi menurut pertimbangan ekonomisnya hanya sampai umur 25 tahun dengan ketinggian 10-11 m (Lubis et al. 1989). Taksonomi dari kelapa sawit secara jelas dapat dilihat pada Tabel 1. Gambar 1  Kelapa sawit

Pengaruh Sumur Resapan terhadap Sistem Hidrologi dan Aplikasinya terhadap Pemukiman di Jakarta Barat

PENGARUH SUMUR RESAPAN TERHADAP SISTEM HIDROLOGI DAN APLIKASINYA TERHADAP PEMUKIMAN DI JAKARTA BARAT Syampadzi Nurroh, R Rodlyan Ghufrona, dan Ana Dairiana Fakultas Kehutanan – Institut Pertanian Bogor ABSTRAK             Total lahan kritis propinsi Jawa Barat yaitu sebesar 608.813 ha (Dishut Jabar 2008). Hal ini dapat berdampak buruk terhadap sistem hidrologi suatu lahan termasuk hutan, sehingga terjadi bencana alam seperti banjir di Jakarta yang menyebabkan kerugian material maupun non-material yang cukup besar. Menurut Bappenas, kerugian akibat banjir di Jakarta dan sekitarnya mencapai Rp 4,1 triliun, sedangkan Dinas Koperasi dan UKM Jakarta mengklaim kerugian Rp 3,1 triliun (Rokhim 2009).             Pemulihan lahan kritis memerlukan waktu yang relatif panjang yaitu  minimal 25 tahun (Marbun 2007) untuk mengembalikan kualitas lingkungan seperti semula. Banjir di Jakarta disebabkan pula akibat sumber resapan air sangat sulit karena pengalihan fungsi lahan menjadi pemukiman menyeba

Analisis Vegetasi Ekosistem Hutan Mangrove KPH Banyumas Barat

ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE  KPH BANYUMAS BARAT Ana Dairiana , Nur illiyyina S, Syampadzi Nurroh, dan R Rodlyan Ghufrona Fakultas Kehutanan - Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Analisis vegetasi yaitu mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Penulisan artikel ini bertujuan untuk menjelaskan komposisi jenis vegetasi pada ekosistem hutan mangrove di kawasan hutan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah BKPH Rawa Timur KPH Banyumas Barat. Pelaksanaan kegiatan analisis vegetasi dilaksanakan pada 3 Juli sampai dengan 4 Agustus 2008 di kawasan hutan Perhutani Unit I Jawa Tengah BKPH Rawa Timur KPH Banyumas Barat. Percobaan dengan metode jalur dengan lima petak contoh yang setiap petak contoh berukuran 0,1 ha. Hasil praktek menunjukan bahwa dalam lima petak contoh berukuran 0,5 ha, dapat diketahui bahwa terdapat 72 individu y

Analisis Tutupan Lahan terhadap Kualitas Air Situ Burung, Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR [1] R Rodlyan Ghufrona, Deviyanti, dan Syampadzi Nurroh [2] Fakultas Kehutanan - Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Situ Burung merupakan salah satu ekosistem perairan tergenang yang berada di Kabupaten Bogor. Kualitas air di perairan ini sangat dipengaruhi oleh daerah sekitarnya yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air dan buffer zone dari situ tersebut. Penggunaan lahan yang dilakukan pada daerah tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kualitas air tersebut. Tujuan penulisan artikel ini yaitu untuk memaparkan kondisi fisik dan kualitas air Situ Burung, kondisi tutupan lahan daerah sekitarnya, dan menganalisis keterkaitan antara penggunaan lahan terhadap kualitas air di Situ Burung. Tahapan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan yaitu pengamatan lapang terhadap kondisi fisik dan tutupan lahan sekitar, wawancara, penentuan kualitas air berdasarkan baku mutu air yang berlaku, penentuan daera

Pengaruh Penanaman Pohon dalam Mengurangi Emisi Karbon

Penghijauan  

Analisis Pengaruh Peningkatan Penjualan Kendaraan Bermotor terhadap Peningkatan Emisi CO2 di udara

Kendaraan bermotor    (source: http://terapifilsafat.com) Indonesia merupakan negara pengguna kendaraan bermotor terbesar ketiga di dunia setelah China dan India. Penjualan kendaraan bermotor nasional pada tahun 2008 adalah 470.000 unit dan diprediksikan akan naik menjadi 530.000 unit pada tahun 2009 (Anonim 2009) . Naiknya penjualan kendaraan bermotor mengakibatkan meningkatnya karbondioksida yang dihasilkan dari aktivitas manusia berupa penggunaan bahan bakar pada kendaraan. Karbondioksida yang dihasilkan pembakaran sesuai tipe bahan bakar kendaraan bermotor menurut Departement of Environment, Food and Rural Affairs dapat dilihat pada Tabel 1.

Global Warming

Foto: http://elumudunya.blogspot.com Pemanasan global   ( Global warming ) diakibatkan efek rumah kaca. Menurut Dahlan (1992), penyebab langsung pemanasan global yaitu meningkatnya jumlah dan ragam kegiatan penghasil kalor seperti mobil, motor, kapal laut, pesawat udara, industri, air conditioner (AC), heater (pemanas ruangan), dan populasi manusia yang terus bertambah. Penyebab tidak langsung yang mengakibatkan pemanasan global yaitu meningkatnya gas rumah kaca. Gas rumah kaca terdiri atas CO 2 (40%), CFC (25%), CH 4 (20%), O 3 (10%), dan N 2 O (5%). Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dan sebagainya. Dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat yaitu gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai; gangguan terhadap

Lahan Kritis

Lahan kritis adalah lahan yang keadaan fisiknya sedemikian rupa sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukannya baik sebagai media produksi maupun sebagai media tata air.  Gambar 1   Lahan kritis (sumber: http://perpustakaandankliping.blogspot.com)

Teknik Optimasi Penggunaan Lahan

Optimasi adalah suatu teknik analisis untuk menentukan keputusan optimal (maksimal atau minimal) untuk mencapai tujuan tertentu dengan dibatasi berbagai kendala. Teknik optimasi telah berkembang luas dan telah banyak digunakan dalam sistem manajemen secara umum. Kajian penatagunaan lahan dengan teknik optimasi telah banyak digunakan dalam hal produktivitas lahan dan pemanfaatan sumberdaya, seperti memaksimalkan produksi; penentuan pola tanam optimal; analisis target produksi dengan kendala fisik, biologi, ekonomi, dan lingkungan; optimasi suplai air untuk lahan pertanian; dan sebagainya. Namun teknik optimasi belum banyak digunakan untuk perencanaan sistem tata guna lahan (tata ruang) kawasan daerah aliran sungai yang mengoptimalkan fungsi kawasan sebagai kawasan lindung dan budidaya dari segi ekologis, ekonomis, dan sosial.

Standar Kebutuhan Hidup

Ada dua kriteria yang dapat digunakan dalam menilai standar kebutuhan hidup suatu keluarga, yaitu dengan standar kebutuhan hidup minimum (KHM) dan standar kebutuhan hidup layak (KHL). Besarnya standar kebutuhan hidup minimum penduduk dari suatu kawasan di lokasi tertentu ditentukan berdasarkan standar Upah Minimum Regional (UMR) lokasi tertentu. Upah Minimum Regional adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawai , karyawan , atau buruh di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum. Saat ini UMR juga dikenal dengan istilah Upah Minimum Propinsi (UMP) karena ruang cakupannya biasanya hanya meliputi suatu propinsi. Selain itu setelah otonomi daerah berlaku penuh, dikenal juga istilah Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK). Nilai UMP maupun UMK di wilayah Indonesia disajikan pada Tabel 1.

Ruang Terbuka Hijau

Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mendefinisikan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.  Gambar 1   Tipologi RTH dalam UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang .

Erosi

Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami, seperti air atau angin (Arsyad 2006). Di daerah tropis seperti Indonesia, erosi terutama disebabkan oleh air hujan. Erosi terjadi akibat interaksi kerja antara faktor iklim, topografi, tanah, vegetasi, dan manusia. Faktor iklim yang paling berpengaruh terhadap erosi yaitu intensitas curah hujan. Faktor topografi yang berpengaruh terhadap debit dan kadar lumpur yaitu kecuraman dan panjang lereng. Faktor tanah yang mempengaruhi erosi dan sedimentasi yaitu luas jenis tanah yang peka terhadap erosi, luas lahan kritis atau daerah erosi, dan luas tanah berkedalaman rendah.

Penggunaan Lahan

Lahan ( land ) adalah lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap potensi penggunaan lahan (FAO 1976 dalam Arsyad 2006). Saefulhakim (1997) menyatakan bahwa lahan adalah matriks dasar kehidupan manusia dan pembangunan karena semua aspek kehidupan dan pembangunan baik langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan permasalahan lahan. Setiap bentuk campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual disebut juga sebagai penggunaan lahan atau land use (Arsyad 2006). P enggunaan lahan merupakan suatu proses dinamis, sebagai hasil dari perubahan pola dan besarnya aktivitas manusia sepanjang waktu.

Daerah Aliran Sungai

Gambar 1   Daerah Aliran Sungai ( Watershed ). (sumber: nature.org) Daerah Aliran Sungai  (DAS) merupakan unit alam berupa kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis berupa punggung-punggung bukit yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang jatuh diatasnya ke sungai utama (Sunarti 2008) dan kemudian menyalurkannya ke laut (Asdak 1995). Wilayah daratan tersebut dinamakan  Daerah Tangkapan Air  (DTA atau  catchment area ) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya alam (Asdak 1995).