Formasi hutan dengan dua strata dan hutan dengan persediaan “cadangan” adalah contoh dari accessory system karena muncul dari berbagai sistem lain dan tidak berdasarkan pada suatu bentuk tertentu dari regenerasi.
A. Hutan dengan Dua Strata
- Gambaran Umum
Hutan dengan dua strata terdiri dari strata pohon atas dan bawah yang tumbuh di dalam suatu lahan yang sama. Pada umumnya dua spesies yang ditanam meliputi strata atas yang berupa pohon intoleran, dan strata bawah merupakan jenis toleran terhadap naungan yang dapat tumbuh tanpa tertekan ketika ditanam lebih akhir.
Pohon dari strata atas dapat terbentuk melalui regenerasi alami atau penanaman. Mereka dipelihara seperti tanaman seumur dalam masa persediaan dan penjarangan sampai mereka mencapai umur pertengahan, ketika dilakukan tindakan penjarangan berat. Pada tegakan ini, kemudian dilakukan penanaman jenis toleran yang nantinya akan membentuk strata bawah. Kadang, strata bawah berkembang dari regenerasi alami sebelum atau segera setelah dilakukan tindakan penjarangan berat, atau di lain kasus dari permudaan alaminya yang masuk ke dalam tegakan. Kedua strata dibiarkan tumbuh dan berkembang untuk kemudian dilakukan penjarangan berikutnya pada strata yang lebih bawah. Kedua strata mungkin dipanen secara bersamaan, atau strata atas ditebang terlebih dahulu dengan meninggalkan strata di bawahnya menjadi tegakan seumur. Hutan dengan dua strata ini terbatas hanya satu rotasi dikarenakan sulitnya membentuk strata bawah yang ke dua di bawah tegakan toleran sebelumnya.
Di Eropa sebagian besar beralasan untuk menggunakan formasi hutan dengan dua strata adalah untuk mendorong pertumbuhan diameter dari pohon terpilih pada strata atas sementara tanah dilindungi oleh strata bawah. Beberapa tahun yang lalu tepatnya pada tahun 1830, seorang rimbawan Hanoveria, von Seebach mendapatkan riap pertumbuhan yang sangat mengagumkan dari pohon beech yang sebelumnya ditebang 50 % sampai 60 % dari tegakan tinggal yang telah berumur 70 – 80 tahun untuk memenuhi permintaan kayu dalam jumlah besar sedangkan persediaan kurang. Sekarang di Eropa, tujuan ini lebih sering dijumpai pada tegakan pinus Skotlandia yang dipadukan dengan cemara perak, atau pinus Skotlandia dan oak dikombinasikan dengan pohon beech.
Hilley (1959) melakukan penelitian tentang sistem hutan dengan dua strata di kota Dartington, Inggris Tenggara. Dia bermaksud untuk menumbuhkan pohon larch Jepang dengan hasil berdiameter besar, dan tercatat bahwa dalam tegakan dengan persediaan yang baik, riap diameter naik dengan cepat. Jika ingin mendapatkan riap diameter yang tinggi, suatu pohon membutuhkan tajuk yang besar dan ini membutuhkan isolasi sejak dini. Hilley menyatakan bahwa penanaman di bawah tegakan dengan jenis toleran akan membuat penggunaan lahan lebih penuh yang mempengaruhi pertumbuhan dari larch Jepang ini. Dia juga berfikir untuk membuat suatu sistem mampu membentuk sebuah perdagangan lokal yang kuat bagi usaha kayu dengan produk hasil penjarangan berat dari strata atas, menghindari kerugian dari penjarangan selanjutnya, dan mengkombinasikan keuntungan dari tipe hutan yang tidak terus-menerus dengan ekonomi dari sistem tebang habis. Sementara perlindungan lahan dan penekanan gulma akan tetap terjaga dengan adanya strata bawah yaitu jenis toleran yang akan dirawat sebagai tegakan seumur.
Pada tahun 1955 ruang tumbuh larch Jepang diturunkan menjadi 120 pohon/ha dan di bawah tegakannya ditanami cemara barat, cedar merah barat, dan cemara Douglas. Pohon larch yang telah berumur 25 tahun dijarangai sebanyak empat kali (Hilley 1959), memiliki tujuan khusus yaitu untuk peningkatan perkembangan akar dan ketahanan terhadap angin. Howell et.al. (1983) menyimpulkan hasil dari penelitian ini. Pohon larch akan ditebang habis setelah berumur 48 tahun, di saat semua tajuknya telah rapat, dan rata-rata diameter setinggi dada telah mencapai 47 cm dan satu - tiga kayu sudah dapat digunakan untuk pembuatan sebuah boat. Hal ini akan menyebabkan cemara Douglas yang membentuk formasi strata bawah menjadi tertekan, tetapi cemara barat dan cedar merah barat dapat tumbuh dengan subur. Hal ini terjadi untuk daerah dengan lahan yang subur. Pada lahan lain yang miskin, penanaman di bawah tegakan pada waktu yang bersamaan atau bertahap, pohon larch Jepang hanya akan mencapai diameter sekitar 33-36 cm saja. Pada lahan ini akan dibutuhkan penjarangan yang lebih rendah dan penanaman di bawah tegakan yang lebih lambat sampai strata bagian atas berumur 30 tahun. Meskipun Hiley telah mencapai tujuan silvikultur dan pemasarannya pada tegakan hutan dengan dua strata pada kondisi lahan yang baik, dia tetap optimis dengan prediksi finansialnya untuk tegakan pada lahan miskin.
Hiley (1969) telah memperlihatkan keuntungan yang lebih jauh dari pengerjaan dua strata, yaitu bahwa formasi dua strata ini memungkinkan seorang manajer untuk mengatur distribusi dari kelas umur dalam suatu tegakan hutan. Dimana, jika di dalam suatu tegakan terdapat kelebihan dari kelas umur muda, kematangan dini dari strata atas memungkinkan pemanenan akhir lebih cepat daripada tegakan seumur. Selain itu, strata bawah membantu untuk menutupi perbedaan dalam distribusi dari ukuran kelas karena tidak tersedianya lahan untuk ditumbuhi.
Sebelumnya telah diketahui bahwa ada beberapa spesies yang dapat memelihara kesuburan tanah dan tumbuh sebagai strata lebih rendah, biasanya jenis daun lebar. Spesies ini mampu menjaga tanah dari proses degradasi. Peningkatan kualitas lahan telah dilaporkan dari daerah Sauen, Jerman dimana pada lahannya ditanam pinus Skotlandia bersamaan dengan pohon beech dan Locust (Flohr 1969). Pada tanah yang lebih baik, riap volume dari pinus dilaporkan menjadi 79 % lebih tinggi selama periode 13 tahun daripada tegakan pinus homogen. Walaupun demikian, menurut penelitian Hiley di Dartington, lahan miskin memberikan keuntungan yang sedikit dan tidak memungkinkan berkembangnya strata bawah.
Bisa disimpulkan bahwa total produksi dapat ditingkatkan dengan menumbuhkan dua jenis tanaman berbeda secara bersamaan. Mereka memiliki permintaan hara yang berbeda terhadap tanah, dan struktur tajuk memungkinkan perkembangan daun yang lebih tinggi untuk fotosintesis. Selain itu, tidak ada periode kapan suatu lahan tidak dapat digunakan, seperti yang terjadi pada sistem tebang habis. Peningkatan dalam hasil dapat diperoleh, akan tetapi jika kelembaban tanah terbatas atau kesuburan tanah terbatas, kedua komoditi mungkin akan merana dan total produksi akan menurun. Zundel (1960) menemukan bahwa pinus Skotlandia yang dikombinasikan dengan cemara perak memberikan volume pertengahan di antara tegakan homogen pinus Skotlandia dan cemara perak.
- Keuntungan dan Kerugian
Sistem ini memiliki beberapa keuntungan, diantaranya:
a. Strata bawah melindungi tanah dan memberikan kebebasan untuk penjarangan berat dari strata di atasnya, sehingga mendorong pertumbuhan batang terbaik dengan riap yang tinggi. Pertumbuhan yang cepat ini dapat memperpendek rotasi untuk memproduksi kayu yang masak tebang dan berkualitas baik, jadi memberikan dua keuntungan finansial.
b. Strata atas membentuk perlindungan untuk mengembangkan spesies yang membutuhkan naungan.
c. Ketika tegakan campuran dibutuhkan tetapi rata-rata pertumbuhan dari spesiesnya berbeda, sistem dapat digunakan untuk penanaman lebih awal bagi spesies yang lambat tumbuh.
d. Kepulihan dari dampak kegiatan penjarangan berat akan lebih mudah ketika pohon masih dalam ukuran cukup.
e. Dapat digunakan untuk memberikan efek perubahan secara bertahap dari suatu spesies dan memproduksi spesies untuk strata bawah.
Kerugiannya yaitu:
a. Pada suatu daerah yang iklimya berangin, pembukaan tajuk yang secara tiba-tiba dari strata atas dengan penjarangan berat dapat menimbulkan kerobohan pohon. Pohon penahan harus disiapkan dalam beberapa tahun sebelumnya sehingga mampu berkembang secara berangsur-angsur dengan batang yang kuat dan sistem perakaran yang baik. Hal inilah yang menyebabkan lebih dipilihnya mengembangkan strata bawah saja daripada mencari sistem untuk mengatasi masalah silvikultur dan manajemen pada beberapa tegakan belakangan ini.
b. Ketika strata atas mencapai umur siap tebang, bahaya dapat terjadi pada strata di bawahnya jika tidak dilakukan pemeliharaan yang hati-hati. Penjarangan dari strata bawah akan menimbulkan keterbukaan lahan jika penebangan strata atas dilakukan (Howell et al. 1983).
c. Formasi hutan dengan dua strata lebih sulit untuk dikelola, dalam hal menyeimbangkan pertumbuhan dari kedua strata dan dalam hal mengatur permudaan dan operasi pemeliharaan. Meskipun lebih sederhana untuk mengelola daripada sistem tebang pilih, dengan berbagai keuntungan diantaranya penggunaan lahan secara penuh, perlindungan tanah, penekanan gulma, dan penampakan yang lebih menarik.
3. Aplikasi
Hutan dengan dua strata digunakan dalam pengembangan tegakan Dalbergia sissoo dan Morus nigra di Changa Manga, Punjab Pakistan (Champion et. al. 1973; Khattak 1976). D. Sissoo adalah jenis yang membutuhkan banyak cahaya dan M. Nigra memerlukan naungan. Strata bawah pada campuran Dalbergia dan Morus terdiri dari 40 % dari growing stock dan ditebang dalam suatu rotasi yaitu antara 15-22 tahun. Strata atas yaitu Dalbergia disimpan untuk 3 rotasi dari strata bawah, terdiri dari 60 % dari growing stock.
Hingga tahun 1972 permudaaan Dalbergia yaitu melalui benih langsung. Setelah tahun 1972, permudaannya dikembangkan melalui tunas, dimana akar dan pucuk keduanya dipangkas. Benih dari Morus berasal dari benih yang disebarkan oleh burung Jalak Dada Merah (Sturnus roseus) akan tetapi tunas tanaman sekarang ini juga digunakan untuk menjamin persediaan. Pada awalnya seluruh tegakan pohon dibentuk untuk menyediakan sumber kayu bakar akan tetapi dengan digunakannya hutan dua strata, memungkinkan pada lahan dengan kualitas baik untuk dihasilkan kayu gergajian.
Miegrout (1962) mempelajari hutan ukuran kecil di Belgia dan menghitung luas minimal untuk permudaan, pemeliharaan dan manajemen ekonomi pohon. Dia memperkirakan bahwa untuk areal 5 ha atau kurang, hutan dengan dua strata merupakan sistem yang memberi harapan. Digunakan spesies yang memerlukan cahaya dengan pertumbuhan cepat serta rotasinya pendek, seperti pohon ash, sycamore, cherry liar, dan pohon lain pada umumnya sebagai strata atas. Serta cemara Douglas, cemara barat, dan cemara Grand sebagai strata bawah. James (1982) mendaftar pohon ek, ash, dan dan larch sebagai jenis yang sesuai di Inggris untuk digunakan sebagai strata atas dengan pohon beech, cemara barat dan cemara Grand sebagai satrata bawah.
Penerapan dalam sistem ini mungkin terbatas oleh kebutuhan tempat yang relatif subur dengan persediaan air yang baik. Tanpa hal ini, total hasil mungkin akan menjadi sedikit dibandingkan ketika tumbuh sebagai tegakan seumur murni. Baru-baru ini, hal itu mungkin muncul menjadi suatu masalah. Akan tetapi dengan tidak adanya alat yang jelas, hutan dengan dua strata mungkin memiliki manfaat di dalam daerah yang bermasalah dengan polusi, yaitu dalam menyediakan strata atas sebagai pelindung untuk spesies yang rentan seperti cemara perak.
B. Hutan dengan cadangan
1. Gambaran umum
Hutan dengan cadangan merupakan hutan dengan kumpulan beberapa batang pohon terpilih, sisa dari tegakan tua pada tegakan muda yang permudaannya berasal dari pohon sisa tersebut. Pohon ini diketahui sebagai cadangan atau induk yang mungkin disimpan, disebar satu demi satu, atau dalam kelompok kecil, untuk keseluruhan atau sebagian rotasi ke dua.
Tujuan utama dari sistem ini adalah untuk menyimpan pohon-pohon pilihan dan menempatkannya pada tempat yang dikenai cahaya sehingga menghasilkan ukuran kayu yang besar yang dapat digunakan dalam pembuatan perahu, konstruksi dan perbaikan bangunan khusus, serta untuk memproduksi veneer dan papan dengan kualitas istimewa untuk dekorasi interior bangunan publik dan rumah khusus. Cadangan ini, permintaan jenisnya beragam sesuai dengan tujuan, seperti pinus Skotlandia, larch, pohon ek dan pohon beech.
Simpanan tegakan mungkin juga bertindak sebagai pembawa benih untuk mengisi lahan kosong dalam tegakan muda, atau merupakan jaminan untuk melawan pengrusakan tegakan muda oleh api. Alasan penting lain menyimpan cadangan adalah untuk menciptakan suatu pelindung alami tegakan dari ketidakramahan lingkungan. Dalam kasus ini simpanan cadangan sering diletakan di samping jalan sehingga cadangan dapat dilihat dan dinikmati oleh para pejalan kaki atau penngendara kendaraan bermotor.
Pemilihan cadangan memerlukan ketelitian. Pohon-pohon besar yang tiba-tiba terpencil, besar kemungkinan terlempar oleh angin atau dalam kasus-kasus tertentu menjadi berpenyakit dan mati. Cadangan biasanya merupakan jenis yang tahan angin dan memiliki kualitas batang yang baik, serta memiliki tajuk serta perakaran yang kuat. Dalam kasus yang sama, cadangan biasanya mempersiapkan pemisahan pohon-pohon sebagai bakal cadangan beberapa tahun ke depan, sehingga cadangan-cadangan mungkin mendapat perhatian khusus dalam penjarangan. Untuk mencegah penindasan pada tegakan muda, cadangan harus memiliki batang yang panjang dengan tajuk yang baik.
Pohon ek sering dipelihara sebagai cadangan, akan tetapi besar kemungkinan akan menjadi pohon jantan dan menghasilkan epicormic dahan ketika diisolasi. Di dataran tinggi Spessart, Jerman Barat biasanya menyimpan 25 cadangan pohon ek per hektar dan permudaan pohon beech dengan sistem yang seragam. Cadangan ini kapanpun mungkin dikelilingi oleh pohon-pohon beech untuk menaungi batang dan mencegah pembentukan epicormic dahan. Pohon ek tua menghasilkan log veneer dengan kualitas tinggi.
Pohon beech pada umumnya tidak cocok untuk cadangan, beech memiliki tajuk yang lebat dan dapat terbakar sinar matahari ketika diisolasi. Akan tetapi di Switzerland, cadangan pohon beech dengan tinggi tajuk yang bagus ditempatkan pada tanaman campuran yang diregenerasikan dengan irregular shelterwood system, dimana puncak dari tanaman muda akan melindungi dahan beech dari pembakaran sinar matahari. Di Akademi kehutanan Soro-Denmark, beech digunakan untuk tegakan cadangan sebagai pembawa benih bagi tegakan muda pada regenerasi uniform system. Pohon-pohon beech yang telah berukuran besar, kemudian ditebang pada musim dingin dengan hati-hati sehingga dampak kerusakan yang ditimbulkan terhadap pohon yang muda seminimal mungkin.
Cadangan pinus Skotlandia dengan cabang yang panjang dan tajuk yang rapat juga dapat disimpan bagi rotasi ke dua untuk menghasilkan kayu dengan dimensi besar dan kualitas tinggi. Jumlahnya mulai dari 20 hingga 40 pohon/ha dan cadangan ini disimpan antara 160-200 tahun (Kostler 1956, p. 323). Karena tajuk biasanya sampai ke bawah, ada pengurangan gangguan terhadap tegakan muda.
Pohon larch Eropa juga merupakan cadangan yang bagus pada lahan yang berkualitas baik. Pada umumnya, di hutan campuran daun jarum Eropa Tengah, telah umum untuk meninggalkan cadangan larch Eropa dan pinus Skotlandia di atas permudaan alam tegakan campuran untuk sebagian atau seluruh rotasi ke dua. Sebagai contoh, cadangan dari pinus Skotlandia disimpan di atas tegakan campuran cemara perak, cemara Norwegia, dan pinus Skotlandia pada permudaan di bawah sistem baji di Villingen-schwenningen di Jerman Barat.
Cemara perak Eropa dan cemara Norwegia umumnya tidak cocok sebagai cadangan akan tetapi semuanya menjaga keramahan lingkungan, khususnya di dekat jalan.
2. Keuntungan dan kerugian
Terdapat persamaan dengan hutan dua strata, yaitu mengenai bahaya terpaan angin. Contohnya telah tercatat hingga 90 % dari cadangan pinus Skotlandia telah hilang (Troup 1952, p. 125). Kerusakan ini juga mengenai tegakan utama. Penindasan tegakan utama adalah bahaya yang potensial, khususnya ketika tajuk cadangan sedikit dan menyebar. Jika cadangan tidak diharapkan bersisa untuk keseluruhan rotasi, mungkin cadangan ini akan dipusatkan di dekat jalan inti sehingga cadangan dapat dengan mudah ditebang.
3. Aplikasi
Selama 20 tahun, di Eropa muncul penurunan dalam penggunaan hutan dengan cadangan. Di Prancis hutan dengan cadangan tidak banyak digunakan mengingat di Barat dan Timur Jerman sistem ini lebih berlimpah. Di Inggris, jika terjadi permintaan terhadap kayu dalam ukuran besar, maka diizinkan untuk menyisakan isi tegakan untuk dipanen seluruh atau sebagiannya pada rotasi ke dua. Kesesuaian penjarangan akan dilakukan untuk memastikan penambahan cahaya. Suatu contoh yang baik dapat dilihat di Reelig Glen dekat Invernes di sebelah utara Skolandia. Cemara Douglas merupakan jenis pohon cadangan yang banyak dipilih. Tegakan cadangan ini juga populer dengan masyarakat karena merupakan habitat untuk berbagai macam burung.
Champion, H.G., Setf, H.K., and Kattak, G.M. 1973. Manual of general silvicultur of Fakistan. Pakistan Forest Institute, Peshawar
Hiley, W.E. 1959. Two-storied high forest. Forestry,32,113-16
Howell, B.N., Harley, R.M., White, R.D.F., and Lamb, R.G.M. 1983. The Dartington story II, Quarterly Journal of Forestry, 77, 5-6.
James, N.D.G. 1982. The forester’s companion (3rd edn.), pp. 60-1. Blackwell, Oxford .
Khattak, G.M. 1976. History of management in Pakistan , III, irrigated plantation and riverain forest. Pakistan Journal of Foretry, 26, 231-41
Kosler, J. 1956. Silviculture (trans. M.L. Anderson). Oliver and Boyd, Edinburgh.
Miegroet, M. va. 1962. The silviculture treatment on small woodlands. Bulletin de la Sosiete Royale Forestiere de Belgique, 69, 437-56.
Troup, R.S. 1952. Silvuculture systems. Oxford University Press.
Zundel, 1960. Yield studies in two-age stands of Scots pine over Silver fir in north Wuttemberg, Schriftenreihi der land Landesforstverwaltung Baden-Wurttemberg, No 6.
Komentar
Posting Komentar