Langsung ke konten utama

Prinsip-prinsip Ekologi Hutan Tropika

PRINSIP-PRINSIP EKOLOGI HUTAN TROPIKA


Oleh:
R Rodlyan Ghufrona, Rifa'atunnisa, dan Berry Oktavianto


PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan tropika terluas di dunia setelah Brazilia di Amerika Selatan dan Zaire di Afrika sehingga menyimpan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (Whitmore 1975; MacKinnon et al. 2000). Hutan merupakan salah satu komponen penting untuk menjaga kestabilan ekosistem di bumi karena berupa hamparan vegetasi raksasa yang berperan dalam mengeluarkan oksigen (O2), menyerap karbon dioksida (CO2), menimbun karbon (C) dalam bentuk bahan organik (Carbon pool), serta memompa udara yang mengandung uap air ke lautan dan daratan. 

Hutan diartikan sebagai masyarakat tumbuhan yang didominasi oleh pepohonan dan memiliki keadaan yang berbeda dengan lingkungan di luarnya, dan didalamnya terdapat interaksi antara komponen biotik dan abiotiknya. Jika ditalaah lebih dalam lagi mengenai peran hutan maka disadari bahwa hutan sangat erat hubungannya dengan peradaban manusia. Sejalan dengan perkembangan peradaban, ilmu pengetahuan dan teknologi manusia, makin banyak bukti ilmiah yang mampu menjelaskan bentuk-bentuk ketergantungan kehidupan dan perkembangan peradaban manusia di muka bumi ini terhadap hutan. 

Sementara itu, sejalan dengan tingginya jumlah penduduk dunia yang terus meningkat dari waktu ke waktu, dan diikuti dengan peningkatan kemakmuran kehidupannya, maka kebutuhan akan ketergantungan ini akan semakin meningkat. Pada kenyatannya pemanfaatan hutan sering tidak disesuaikan dengan daya dukungnya. Hasilnya kini banyak dikemukakan data mengenai laju degradasi hutan yang fantatis nilainya. Selain pemanfaatan yang melebihi daya dukungnya sehingga ekosistemnya rusak dan pada akhirnya melampaui batas toleransi kerusakan, rusaknya hutan juga disebabkan oleh tingginya kompetensi yang disebabkan faktor abiotik yaitu air, cahaya, ruang tumbuh, maupun unsur hara. Pada akhirnya kerusakan hutan akan mengganggu fungsi akar dan menghilangnya stratifikasi tajuk, kehilangan biodiversity dan penurunan terhadap produktivitas tegakan. 

Kemudian apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki hutan dan komponen yang ada didalamnya mengingat peran hutan yang tidak dapat dipisahkan dengan peradaban manusia. Kuncinya adalah pengelolaan hutan yang berbasis dengan ekologinya, dan perbaikan yang disesuaikan dengan prinsip dari kaidah ekologi masing-masing kondisi hutan. 

Ilmu ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara komponen biotik dan abiotik, antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Oleh karena ilmu ekologi erat hubungannya dengan tumbuh-tumbuhan dan keadaan tempat hidupnya, maka akan terkait dengan ilmu lainnya seperti pada ilmu geologi dan goemorfologi yang membicarakan mengenai pengaruh keadaan geologi dan geomorfologi yang mempengaruhi pembentukan dan sifat-sifat tanah serta penyebaran dan hidup tumbuh-tumbuhan, ilmu tanah yang akan berbicara banyak mengenai kesuburan, produktivitas dan pembenah tanah, kemudian terkait juga dengan ilmu klimatologi, geografi tumbuh-tumbuhan, fisiologi dan biokimia, genetika tumbuh-tumbuhan dan masih banyak lagi keterkaitan dengan ilmu-ilmu yang lain. 

Setiap hutan mempunya ciri khas atau karakter tersendiri sehingga keberadaannya dikatakan berbeda dengan keadaan diluar lingkungan hutan. Karakter dan struktur dalam hutan inilah yang akan menjadikan hutan mempunyai fungsi sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan dan peradaban manusia. Dalam bahasan tulisan ini akan lebih mendalam diceritakan mengenai prinsip-prinsip ekologi pada hutan tropik. Hutan hujan tropika akan menjadi fokus utama dalam bahasan kami karena Hutan hujan tropis diketahui menyokong keberagaman terbesar dari organisme hidup di bumi. 

Hutan hujan tropis adalah tipe hutan dengan pohon-pohon yang tinggi, iklim yang hangat, dan curah hujan yang tinggi. Di beberapa hutan hujan, curah hujannya lebih besar dari 1 inchi per hari. Hutan hujan dapat ditemukan di Afrika, Asia, Australia, serta Amerika Tengah dan Selatan. Hutan hujan terbesar di dunia adalah hutan hujan Amazon. Hutan hujan dapat dijumpai di daerah tropis, daerah di antara Capricorn Tropis dan Cancer Tropis. Di daerah ini, matahari bersinar sangat kuat dan dengan kuantitas waktu yang sama setiap hari sepanjang tahun, sehingga menjadikan iklim hangat dan stabil. Banyak negara memiliki hutan hujan. Negara-negara dengan jumlah hutan hujan terbesar adalah: (1) Brazil, (2) Kongo Republik Demokratik, (3) Peru, (4) Indonesia, (5) Kolombia, (6) Papua Nugini, (7) Venezuela, (8) Bolivia, (9) Meksiko, dan (10) Suriname. Hutan hujan tropika memiliki peranan penting dalam dunia internasional yaitu perannya dalam menstabilkan iklim dunia dengan cara menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Pembuangan karbon dioksida ke atmosfer terbukti memberikan pengaruh bagi perubahan iklim melalui pemanasan global. Oleh karena itu, hutan hujan tropika mempunyai peran yang penting dalam mengatasi pemanasan global dan mempengaruhi kondisi cuaca lokal dengan membuat hujan dan mengatur suhu.

Gambar 1  Prinsip-prinsip Ekologi Hutan Tropika
Dalam skema (Gambar 1) digambarkan mengenai prinsip-prinsip yang penting dalam ekologi yang menjadi kunci bagi pengelolaan hutan secara lestari dan prinsip-prinsip dalam merestorasi atau mengembalikan hutan sesuai dengan peruntukannya. Pengelolaan hutan lestari diartikan sebagai suatu sistem pengelolaan hutan yang menjamin keberlanjutan fungsi dan manfaat sumberdaya hutan dengan memperhatikan fungsi ekonomi, sosial dan lingkungan secara seimbang. 

Struktur hutan dapat diartikan sebagi sesuatu yang dapat dilihat dari hutan tersebut seperti adanya keanekaragaman jenis, stratifikasi tajuk, ordinasi pohon, tinggi pohon, diameter pohon, biomassa, dan serasah hutan. Sedangkan karakter dari hutan hujan tropika sebagai penciri yang membedakan dari tipe hutan yang lain adalah adanya biodiversity, stratifikasi tajuk, dan siklus hara tertutup. Keberadaan struktur hutan hujan tropika dan adanya penciri atau karakter dari hutan hujan menyebabkan hutan hujan dapat berfungsi. 

Fungsi hutan hujan tropika dapat dikelompokkan kedalam fungsi ekologi, produksi, biodiversity, dan recovery. Fungsi-fungsi ini ada dengan dukungan berbagai proses-proses metabolisme pada pohon diantaranya proses fotosintesis dan respirasi. Pemanfaatan hutan baik secara langsung maupun tidak langsung jika tidak disertai pemeliharaan dan manajemen pengelolaan yang baik sesuai dengan daya dukungnya maka akan menyebabkan hutan tersebut rusak dan berakibat hutan tersebut tidak bisa lagi berfungsi sebagaimana mestinya. 

Salah satu penyebab utama perusakan hutan hujan tropika adalah penebangan hutan. Banyak tipe kayu yang digunakan untuk perabotan, lantai, dan konstruksi diambil dari hutan tropis di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Dengan membeli produk kayutertentu, orang-orang di daerah seperti Amerika Serikat secara langsung membantu perusakan hutan hujan. Hilangnya hutan primer juga dapat menyebabkan kehilangan spesies, memberikan dampak terhadap hidrologi dan tanah seperti banjir, erosi, sedimentasi dan longsor, menimbulkan gangguan kesehatan, terjadinya kehilangan hasil hutan, memberikan dampak terhadap sektor ekonomi, dan hilangnya nilai estetika hutan. Walau penebangan hutan dapat dilakukan dalam aturan tertentu yang mengurangi kerusakan lingkungan, kebanyakan penebangan hutan di hutan hujan sangat merusak. Pohon-pohon besar ditebangi dan disarad sepanjang hutan, sementara jalan akses yang terbuka membuat para petani miskin mengubah hutan menjadi lahanpertanian. Di Afrika para pekerja penebang hutan menggantungkan diri pada hewan-hewan sekitar untuk mendapatkan protein. Mereka memburu hewan-hewan liar seperti gorila, kijang, dan simpanse untuk dimakan. Penelitian telah menemukan bahwa jumlah spesies yang ditemukan di hutan hujan yang telah ditebang jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah yang ditemukan di hutan hujan utama yang belum tersentuh. Banyak hewan di hutan hujan tidak dapat bertahan hidup dengan berubahnya lingkungan sekitar. 

Hutan hujan tropika menghilang dengan sangat cepat. Berita baiknya adalah banyak orang yang ingin menyelamatkan hutan hujan tropika. Berita buruknya adalah menyelamatkan hutan hujan tropika tidak akan mudah. Ini akan membutuhkan usaha banyak orang yang bekerja bersama dalam rangka menjaga hutan hujan dan kehidupan alam liarnya dapat bertahan agar anak-anak kita dan generasi selanjutnya dapat menghargai dan menikmatinya. Manajemen pengelolaan yang yang lestari, pemeliharaan hutan, dan perbaikan hutan adalah mekanisme dalam mencapai hutan yang lestari. 

Pada akhirnya, tulisan ini menggarisbawahi bahwa dalam pengelolaan hutan hendaknya mengikuti prinsip-prinsip ekologi dalam upaya memperbaiki hutan yang telah rusak untuk dikembalikan lagi sesuai fungsinya ataupun dalan memelihara hutan yang sudah lestari agar tetap lestari.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Macam-macam Bentuk Daun

Contoh bentuk-bentuk daun Masing-masing dedaunan yang tumbuh di berbagai tumbuhan di dunia ini memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut ditunjukkan dari berbagai hal, yaitu bentuk daun keseluruhan, bentuk ujung dan pangkal daun, permukaan daun, dan tata daunnya (Tabel 1). Tabel 1  Berbagai istilah dalam menjelaskan bentuk-bentuk daun  No Istilah Penjelasan Istilah Bentuk Daun 1 Deltate Bentuk delta, menyerupai bentuk segitiga sama sisi 2 Elliptical Ellips, bagian terlebar di bagian tengah daun 3 Elliptical Oblong Berbentuk antara ellips sampai memanjang 4 Lanceolate Bentuk lanset, panjang 3-5 x lebar, bagian terlebar sekitar 1/3 dari pangkal dan menyempit di bagian ujung daun 5 Oblong Memanjang, panjang daun sekitar 2 ½ x lebar 6 Oblong lanceolate Berbentuk antara memanjang sampai lanset 7 Oblong obov

Ekosistem Mangrove: Faktor-faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Mangrove

Hutan mangrove Pulau Sebuku Kalimantan Selatan dilihat dari sisi sungai (Dokumentasi Penelitian Ghufrona 2015) Ekosistem mangrove dapat berkembang baik di daerah pantai berlumpur dengan air yang tenang dan terlindung dari pengaruh ombak yang besar serta eksistensinya bergantung pada adanya aliran air tawar dan air laut. Samingan (1971) menyatakan bahwa kebanyakan mangrove merupakan vegetasi yang agak seragam, selalu hijau dan berkembang dengan baik di daerah berlumpur yang berada dalam jangkaan peristiwa pasang surut.  Komposisi mangrove mempunyai batas yang khas dan batas tersebut berhubungan atau disebabkan oleh efek selektif dari: (a) tanah, (b) salinitas, (c) jumlah hari atau lamanya penggenangan, (d) dalamnya penggenangan, serta (e) kerasnya arus pasang surut. Pertumbuhan vegetasi mangrove dipengaruhi oleh faktor lingkungan (fisik, kimia, dan biologis) yang sangat kompleks, antara lain: 1.       Salinitas Salinitas air tanah mempunyai peranan penting sebagai f

Cara Cepat dan Mudah Belajar Menggunakan GPS

GPS ( Global Positioning System ) sudah menjadi alat yang wajib dibawa bagi para surveyor dalam melakukan pengamatan vegetasi, satwaliar, fisik lingkungan, dan sebagainya. Dengan menggunakan GPS, kita dapat menentukan lokasi geografis dari suatu titik pengamatan maupun track perjalanan survey. Fungsi altimeter sebagai alat pengukur ketinggian suatu lokasi dan kompas untuk menentukan arah azimuth sudah dapat diwakili dengan menggunakan GPS.   "Cara menggunakan GPS itu susah / ribet gak sih?" Silahkan cek Cara Cepat dan Mudah Belajar Menggunakan GPS berikut ini >>