Langsung ke konten utama

Mangrove dan Ekosistemnya


Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove (Macnae, 1968).  Dalam bahasa Inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang-surut maupun untuk individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut.  Sedangkan dalam bahasa Portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu spesies tumbuhan, dan kata mangal untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut.


Mangrove
(Foto: http://www.ceritawisata.com)



Menurut Snedaker (1978), hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah an-aerob. Adapun menurut Aksornkoae (1993), hutan mangrove adalah tumbuhan halofit[1] yang hidup di sepanjang areal pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai daerah mendekati ketinggian rata-rata air laut yang tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis. 

Dengan demikian secara ringkas hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Sedangkan ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungan dan dengan sesamanya di dalam suatu habitat mangrove.

Adaptasi pohon mangrove terhadap keadaan tanah berlumpur dan minim oksigen adalah dengan pembentukan sistem perakaran yang dapat berfungsi sebagai akar nafas (pneumatofora) dan penunjang tegaknya pohon. Bentuk sistem perakaran pada pohon mangrove terdapat tiga jenis, yaitu akar lutut (knee roots), akar pasak, dan akar tunjang (still roots). Akar pasak terdapat pada jenis Sonneratia spp., Avicennia spp., dan kadang-kadang pada Xylocarpus moluccensis. Akar lutut dan akar tunjang, masing-masing terdapat pada jenis Bruguiera spp. dan Rhizophora spp. (Istomo 1992 dalam Budi 2000). 



Bentuk-bentuk Perakaran Pohon Mangrove
Vegetasi mangrove memiliki zonasi sesuai dengan karakter habitatnya. Zonasi mangrove dicirikan dengan adanya suatu jenis spesies mangrove tertentu yang menempati lokasi-lokasi tertentu. Terbentuknya zonasi dan dominasi spesies bergantung pada tingkat genangan dan frekuensi penggenangan gelombang pasang-surut, tingkat salinitas, karakteristik tanah, dan percampuran air tawar dengan air laut. 

Di pantai yang terbuka, vegetasi mangrove yang dominan adalah komunitas pionir seperti Avicennia dan Sonneratia. Kemudian diikuti berturut-turut dari laut ke darat jenis Rhizophora dan Bruguiera. Tumbuhan bawahnya didominasi oleh jenis Acrostichum aureum dan Acanthus illicifolius (DEPHUT 1995). Adapun Watson (1928) dalam Hilmi dan Kusmana (1999) menyatakan bahwa hutan mangrove dapat dibagi menjadi lima zonasi berdasarkan frekuensi air pasang, yaitu: (1) zonasi yang terdekat dengan laut didominasi oleh Avicennia spp. dan Sonneratia spp.; (2) zonasi yang tumbuh pada tanah cukup kuat dan dicapai air didominasi oleh Bruguiera cylindrica; (3) zonasi pada tanah yang agak basah dan lumpur yang dalam didominasi oleh Rhizophora mucronata; (4) zonasi yang didominasi oleh Bruguiera parviflora; dan (5) zonasi paling belakang yang didominasi oleh Bruguiera gymnorrhiza


Zonasi Vegetasi Mangrove
(Foto: http://web.ipb.ac.id)

Sebagai sebuah ekosistem yang berada di antara darat dan laut, mangrove memiliki fungsi ekologis yang penting. Fungsi ekologis ini dapat ditinjau dari beberapa aspek, diantaranya aspek fisik, kimia, dan biologis. Aspek fisik meliputi kemampuannya meredam gelombang laut, menahan lumpur, dan melindungi pantai dari abrasi. Bila ditinjau dari aspek kimia, mangrove memiliki peranan sebagai penyerap unsur-unsur pencemar, sebagai sumber energi, dan sebagai produsen bahan organik. Dari aspek biologis, mangrove sangat penting sebagai tempat memijah, mencari makan, berlindung, dan berkembangnya berbagai biota (TNC dan P4L 2003; Pramudji 2001). Selain itu, mangrove juga memiliki potensi sebagai kawasan wisata berwawasan lingkungan. Di beberapa negara, kawasan mangrove dikelola secara lestari sebagai salah satu tujuan wisata pendidikan seperti di Malaysia, Australia, dan Indonesia. 

Di dunia, dikenal banyak jenis tumbuhan mangrove. Tercatat telah dikenali sebanyak 24 famili dan antara 54 sampai 75 spesies, tergantung ahli mangrove yang mengidentifikasinya (Tomlinson 1986 and Field 1995 dalam Murdiyanto 2003). Di Indonesia disebutkan memiliki sebanyak 89 jenis pohon mangrove atau menurut FAO (1985) dalam Murdiyanto (2003) terdapat sebanyak 37 jenis. Dari berbagai jenis mangrove tersebut, yang hidup di daerah pasang-surut, tahan air garam dan berbuah vivipar terdapat sekitar 12 famili. Jenis mangrove yang banyak ditemukan antara lain jenis api-api (Avicennia sp.), bakau (Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera sp.) dan pedada (Sonnetaria sp.).






[1]  Halofit adalah tumbuhan yang hidup pada tempat-tempat dengan kadar garam tinggi atau bersifat alkalin

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Macam-macam Bentuk Daun

Contoh bentuk-bentuk daun Masing-masing dedaunan yang tumbuh di berbagai tumbuhan di dunia ini memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut ditunjukkan dari berbagai hal, yaitu bentuk daun keseluruhan, bentuk ujung dan pangkal daun, permukaan daun, dan tata daunnya (Tabel 1). Tabel 1  Berbagai istilah dalam menjelaskan bentuk-bentuk daun  No Istilah Penjelasan Istilah Bentuk Daun 1 Deltate Bentuk delta, menyerupai bentuk segitiga sama sisi 2 Elliptical Ellips, bagian terlebar di bagian tengah daun 3 Elliptical Oblong Berbentuk antara ellips sampai memanjang 4 Lanceolate Bentuk lanset, panjang 3-5 x lebar, bagian terlebar sekitar 1/3 dari pangkal dan menyempit di bagian ujung daun 5 Oblong Memanjang, panjang daun sekitar 2 ½ x lebar 6 Oblong lanceolate Berbentuk antara memanjang sampai lanset 7 Oblong obov

Ekosistem Mangrove: Faktor-faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Mangrove

Hutan mangrove Pulau Sebuku Kalimantan Selatan dilihat dari sisi sungai (Dokumentasi Penelitian Ghufrona 2015) Ekosistem mangrove dapat berkembang baik di daerah pantai berlumpur dengan air yang tenang dan terlindung dari pengaruh ombak yang besar serta eksistensinya bergantung pada adanya aliran air tawar dan air laut. Samingan (1971) menyatakan bahwa kebanyakan mangrove merupakan vegetasi yang agak seragam, selalu hijau dan berkembang dengan baik di daerah berlumpur yang berada dalam jangkaan peristiwa pasang surut.  Komposisi mangrove mempunyai batas yang khas dan batas tersebut berhubungan atau disebabkan oleh efek selektif dari: (a) tanah, (b) salinitas, (c) jumlah hari atau lamanya penggenangan, (d) dalamnya penggenangan, serta (e) kerasnya arus pasang surut. Pertumbuhan vegetasi mangrove dipengaruhi oleh faktor lingkungan (fisik, kimia, dan biologis) yang sangat kompleks, antara lain: 1.       Salinitas Salinitas air tanah mempunyai peranan penting sebagai f

Cara Cepat dan Mudah Belajar Menggunakan GPS

GPS ( Global Positioning System ) sudah menjadi alat yang wajib dibawa bagi para surveyor dalam melakukan pengamatan vegetasi, satwaliar, fisik lingkungan, dan sebagainya. Dengan menggunakan GPS, kita dapat menentukan lokasi geografis dari suatu titik pengamatan maupun track perjalanan survey. Fungsi altimeter sebagai alat pengukur ketinggian suatu lokasi dan kompas untuk menentukan arah azimuth sudah dapat diwakili dengan menggunakan GPS.   "Cara menggunakan GPS itu susah / ribet gak sih?" Silahkan cek Cara Cepat dan Mudah Belajar Menggunakan GPS berikut ini >>